Jumat, 25 Maret 2011

manusia dan penderitaan

Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhar yang artinya menahan atau menangung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat berbentuk lahir atau batin, keduanya termasuk penderitaan ialah keluh kesah, kesengsaraan, kelaparan dan lain-lain.
Penderitaan, rasa sakit, dan tersiksa adalah bagian hidup manusia. Tiap manusia pernah dan akan mengalaminya, meskipun kadar penderitaanya, rasa sakit dan rasa tersiksa itu tidak sama. Dalam ajaran Agama Islam, Al-Quran maupun kitab suci agama lain banyak menguraikan penderitaan manusia sebagai peringatan bagi manusia.
Hampir semua karya besar dalam bidang seni dan filsafat lahir dari imajinasi penderitaan. Dalam riwayat Nabi Muhammad SAW pun, diceritakan bahwa beliau dilahirkan sebagai anak yatim dan kemudian yatim piatu, yang debesarkan kakeknya kemudian pamannya. Beliau mengembala kambing, bekerja pada orang, dan sebagainya. Bahkan sebagaian besar hidupnya mengalami penderitaan yang luar biasa.
Dalam riwayat hidup Budha Gautama, yang dipahatkan dalam bentuk relief pada dinding candi Borobudur kita juga melihat adanya penderitaan. Seorang pangeran (Sidharta) yang meninggalkan istana yang gemerlapan, masuk hutan menadi bhiksu dan makan dengan cara mengemis, mengembara di hutan yang penuh penderitaan dan tantangan.
Kalau kita baca riwayat hidup orang-orang besar, semua dimulai dengan penderitaan. Hamka, mengalami penderitaan yang hebat pada masa kecilnya. Namun ia mampu menjadi orang terkenal, orang besar pada zamannya, berkat perjuangan hidupnya melawan penderitaan. Contoh lain adalah Bung Hatta, yang beberapa kali menjalani pembuangan di tengah hutan Irian Jaya yang penuh belukar dan penyakit, namun Tuhan tetap melindunginya sehingga ia dapat menjadi pemimpin bangsanya.
Pada waktu kita membaca riwayat hidup para tokoh itu, kita dihadapkan pad jiwa besar, harga diri, berani karena benar, rasa tanggung jawab, semangat membaca, dan sebagainya. Semua itu menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi bagi kita. Di sana tidak kita temui jiwa munafik, plin-plan, cengeng, dengki, iri, dan sebagainya.
Sebab – sebab yang ditimbulkan karena penderitaan yaitu:
1. Kepribadian yang lemah atau kurang percaya diri sehingga menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri, (orang-orang melankolis)
2. Terjadinya konflik sosial-budaya akibat dari adanya norma yang berbeda antara dirinya dengan lingkungan masyarakat.
3. Pemahaman yang salah sehingga memberikan reaksi berlebihan terhadap kehidupan sosial (overacting) dan juga sebaliknya terlalu rendah diri (underacting).
Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bemiacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap negatif. Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh diri. Sikap ini diungkapkan dalam peribahasa “sesal dahulu pendapatan, sesal kernudian tak berguna”, “nasi sudah menjadi bubur”.
Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dart penderitaan, dan penderitaan itu adalah hanya bagian dari kehidupan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Template by : Boedy Template | copyright@2011 | Design by destipsntrick